Dalam pertunjukan topeng Cirebon, Klana Udeng adalah salah
satu tari yang biasanya ditampilkan pada bagian terakhir. Disebut Klana Udeng,
karena salah satu bagian kostum kepalanya memakai udeng atau ikat kepala.
Tarian ini muncul setelah topeng Klana selesai ditarikan. Gerakan dan musik
pengiringnya berbeda dengan topeng Klana.
Dari sekian banyak gaya topeng Cirebon, Klana Udeng hanya
terdapat di beberapa gaya, antara lain di daerah Pekandangan, Tambi, Indramayu,
dan di daerah Cipunagara, Subang. Topeng gaya daerah lainnya, seperti Gegesik,
Kalianyar, Losari, Slangit, Palimanan, dan lain-lain, tidak pernah menampilkan
tari yang satu ini. Tari topeng ini menjadi sangat terkenal setelah Rasinah menarikannya
di berbagai pertunjukan, baik di Indramayu, Cirebon maupun di daerah lainnya
serta di luar negeri. Tarian ini kemudian malah menjadi salah satu materi ajar
di beberapa sanggat tari topeng di Indramayu.
Berbeda dengan topeng Klana yang sering kita lihat, sebagian
gerakan Klana Udeng ditarikan secara komikal. Gerakannya terkadang menirukan
orang yang tengah mabuk bahkan melucu. Dalang topeng Carini dari Cipunagara,
misalnya, menarikan topeng ini dengan penuh kelucuan. Selain menggambarkan
seseorang yang tengah mabuk sebagian gerakannya juga mirip dengan gerakan orang
yang kaki, tangan dan kepalanya lemas. Sebagian lagi gerakannya mirip dengan
gerakan tari dalam Terbang Randu Kentir.
Penulis: Toto Amsar Suanda
meski di tengah keadaan zaman yang krisis budaya seperti
ini, masih bisa kita temui salah satu sanggar budaya pelestari Tarian Topeng
Mimi Rasina, Banyak yang belajar mengenal Tari Topeng mulai anak-anak sampai
orang dewasa meskipun Mimi Rasinah sekarang sudah berpulang sanggar tari topeng
masih tetap ramai.
“Ujian kemahiran tari topeng tahun 2018 ini persiapannya
mungkin sangat singkat sekali, karena melalui persetujuan dari orang tua murid,
dan kita swadaya artinya anggarannya dari orang tua murid sanggar dalam
melaksanakan acara ini,” ujar Edi Supriyadi, S. Pd ketua yayasan sanggar tari
topeng.
Lanjut Edi, pihaknya memang sengaja memanggil tim penilai
dari Bandung untuk meningkatkan kwalitas anak beserta murid sanggar topeng Mimi
Rasinah agar kwalitas penari topengnya lebih baik lagi.
Sementara Kasi Kesenian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Indramayu, Asep Ruchyat Soemantri, mengatakan, jika ia sangat bangga dengan
semangat anak-anak dan juga dukungan orang tua sehingga menjadi berkembang.
“Mudah-mudahan sanggar Mimi Rasinah, sanggar Mulya Bakti,
sanggar cinta damai mama Dargi, sanggar carpan menjadi salah satu Destinasi
Wisata Budaya” ucapnya.
Asep berharap, semoga keberadaan sanggar-sanggar seni
tradisi tari topeng dan kesenian adat yang lainnya berkembang di Indramayu dan
bisa terkenal, sehingga suatu saat Indramayu menjadi salah satu tujuan
Destinasi Wisata Budaya di Jawa Barat.
Menurut Indra Rachmat Yusuf, murid sanggar Mimi Rasinah baru
saja usai melakukan ujian kenaikan tinggat.
“Saya kira sudah layak dengan tingkat tari yang
dipelajarinya dan nampaknya keluarga Mimi Rasinah berhasil membina anak-anaknya
sehingga mereka mampu menari apa yang diberikan dan diajarkan,” Ucapnya.
Lanjut dia. Suatu kebanggaan bagi bangsa kita bangsa
Indonesia karena salah satu kesenian tari khususnya tari topeng gaya Indramayu terus
dilestarikan dan terus berkembang.
Topeng Klana Udeng. Dalam Tarian Topeng Cirebon lazim
dikenal istilah Panca Wanda atau lima rupa untuk mengkategorikan karakter
topengnya sebagai perwakilan watak manusia. Topeng-topeng yang dimaksud adalah
Topeng Klana, Topeng Tumenggung, Topeng Rumyang, Topeng Samba, dan Topeng
Panji.
Masing-masing topeng dalam Panca Wanda tidak menutup
kemungkinan untuk berkembang sesuai dengan gaya tarian. Seperti diketahui
Topeng Cirebon memiliki sejumlah gaya tari dari desa-desa asli yang melahirkan
tari topeng atau yang menciptakan gaya baru yang secara adat diakui berbeda
dengan gaya lainnya.
Di antara gaya tarian topeng, salah satunya tersebar di
sekitar wilayah Indramayu. Di daerah inilah lahir varian dari salah satu topeng
Panca Wanda, yakni Topeng Klana yang diberi nama Topeng Klana Udeng. Dinamakan
seperti itu karena di bagian kostum hiasan kepala penarinya mengenakan udeng
atau ikat kepala.
bagian tari topeng Klana adalah adanya ngarayuda(nyarayuda,
sunda) atau disebut juga brimanan(baramaen, Sunda) atau ngemis, yakni meminta
uang kepada penonton, pemangku hajat, pengobeng (yang bekerja di dapur
hajatan), atau kepada siapa saja yang ada di sekitar tempat pertunjukan.
Ngarayudayang dilakukan pada bagian topeng Klana terkait dengan makna simbolis
tarian tersebut. Klana digambarkan sebagai raja sabrang (seberang) yang kaya
raya, namun bertabiat rakus atau tamak. Kalaupun ia sudah punya segalanya,
namun dirinya tetap saja merasa kurang. Oleh karena sebab itu, ia tidak saja meminta
akan tetapi bahkan mengambil, kalaupun yang diambilnya punya orang lain dan
bukan pula haknya. Oleh karena itu makna simbolis itu pula, maka ngarayuda itu
dilakukan dengan cara nyadong memakai kedok Klana yang dipakai dalang atau
dengan bendo. Dahulu masyarakat mengenal Klana Udeng sebuah atraksi, yang pada
saat pertunjukan tari Topeng Klana, kemudian disambung dengan Klana Udeng yang
tidak perlu berganti pakaian, hanya membuka atau mengganti sobra atau
tekesdengan kain iket atau Udeng. Topeng klana udeng ini berkisahkan seperti
cerita Rama gandrung Sinta dan kalau lakon dari majapahitnya, cerita golek
cepak yang di Indramayu. Yang menceritakan tentang menak arnol yang dari negara
blambangan, yang diantaranyadewi sekar taji. Jadi Topeng Klana Udeng ini gerakan
yang terakhirnya yaitu seperti gandrung.tetapi itu adalah kepintaran seorang
dalang yang gandrung, setelah gandung dilanjutkan menarikan yang berbagai macam
tarian (sesuka-suka penari), ketika penari tersebut kelelahan, biasanya
melakukan ngarayuda terlebih dahulu, yang dimaksud ngarayuda adalah meminta
saweran kepada penonton, hal tersebut bersimbolkan bahwa bentuk keserakahan
seorang pemimpin. Seorang raja tersebut yang sudah kaya-raya tetapi masih
meminta-minta ke rakyat, hal tersebut adalah kata sindiran pada zaman dulu
untuk para penjajah yang tidak tahu malu mengambil harta masyarakat yang ada di
indramayu. Jadi di gambarkan oleh ngarayudaan.setelah ngarayuda, disambung
gandrung yang memakai irah-irah.kemudian dilanjutkan oleh tari Topeng Klana Udeng
yang hanya mengganti sobra dengan udeng saja. Ketika menarikan Klana Udeng, si
penari melakukan gerakan silat, kayang sambil menjilat koin, menari di atas
tambang. Jadi tari Topeng Klana Udeng lebih ke ekspresi atau kepintaran seorang
penari, bisa disebut atraksi. Awal mulanya Wangi melihat Sang Maestro Topeng
yaitu Alm.Rasinah menari, kemudian berapresiasi, jadi tanpa belajar, dalam
waktu khusus Wangi sudah bisa meskipun ada sedikit perbedaan-perbedaan. Wangi
membuat gerakan tari Topeng Klana Udeng terinspirasi dari gambaran seseorang
yang sedang gandrung, memiliki sisi positif dan negatif.topeng Klana Udeng ini
lebih identik dengan ego manusia dan lebih menggambarkan seorang manusia yang
ambisius, egois, punya power, jadi dituangkan dalam gerakan atau tarian
tersebut. Yang digambarkan dalam gerakan-gerakannya rata-rata seseorang yang
sedang mabok, menginginkan sesuatu. Jatuh cinta terhadap sesuatu apapun. Wangi
lebih memilih Klana Udeng, karena lebih cepat masuk ke anak-anak dan lebih
efektif karena gerakannya lebih simple, enerjik, dan anak bisa melakukan,
seperti senam.beliau membakukan gerak-gerak topeng klana udeng yaitu tidak jauh
berbeda dengan gerak dasarnya yaitu dari Topeng Kelana. pertunjukan Tari Topeng
Klana Uden
0 komentar