Cirebon selain terkenal akan kesultanannya juga
lekat dengan berbagai kesenian rakyat. Sayangnya beberapa kesenian tradisional
ini hampir punah karena tergerus jaman.
Kesenian tradisional ini dulunya digunakan oleh
Sunan Gunung Jati dan Wali Songo lainnya untuk menyebarkan agama islam di tanah
Sunda. Selain itu kesenian ini juga digunakan sebagai alat diplomasi ketika
Kesultanan Cirebon terancam kalah oleh serangan kerajaan lainnya.
Oleh karena itu patut bagi kita untuk mengenal
lebih jauh tentang kesenian tradisional Cirebon yang hampir punah ini.
Minat generasi penerus yang kurang hingga
tergerus oleh kesenian modern lainnya, membuat pelaku seni tradisional ini kian
sedikit dan sampai sekarang hampir punah.
Misalnya Tarling yang terkenal di tahun 50-an
mulai tergerus jaman seiring hadirnya musik dangdut. Selain tarling ada
beberapa kebudayaan Cirebon dan tradisi Cirebon yang hampir punah yang akan
diulas lebih lanjut berikut ini.
A. Kesenian Tradisional Cirebon Yang Hampir
Punah
1. Tarling
1. Tarling
Tarling adalah salah satu jenis musik yang
populer di wilayah pesisir pantai utara (pantura) Jawa Barat, terutama wilayah
Indramayu dan Cirebon. Nama tarling diidentikkan dengan nama instrumen itar
(gitar) dan suling (seruling) serta istilah Yen wis mlatar gage eling (Andai
banyak berdosa segera bertaubat). Asal usul tarling mulai muncul sekitar tahun
1931 di Desa Kepandean, Kecamatan/Kabupaten Indramayu. Saat itu, ada seorang
komisaris Belanda yang meminta tolong kepada warga setempat yang bernama Mang
Sakim, untuk memperbaiki gitar miliknya. Mang Sakim waktu itu dikenal sebagai
ahli gamelan. Usai diperbaiki, sang komisaris Belanda itu ternyata tak jua
mengambil kembali gitarnya. Kesempatan itu akhirnya dipergunakan Mang Sakim
untuk mempelajari nada-nada gitar, dan membandingkannya dengan nada-nada
pentatonis gamelan.
Masyarakat pantura (Pantai utara) jawa barat
diwilayah indramayu,cirebon dan wilayah sekitarnya seperti brebes dan subang
pasti mengenal musik tarling.Alunan nada gitar dan sulingnya begitu akrab
ditelinga masyarakat,irama musiknya yang dapat memberikan hiburan seakan mampu
menghilangkan beban hidup yang menghimpit.Lirik lagu dan kisah didalamnya dapat
mengajarkan pesan moral tentang kehidupan yang dibuat dalam bentuk drama atau
musik.
Tarling berasal dari akronim yaitu Kitar lan
Suling.Namun ada filosofi lain tentang nama tarling yaitu dalam bahasa cirebon Yen
wis mlatar kudu eling (Yang sudah berbuat dosa harus ingat/bertobat).
Pada awal perkembangannya Tarling merupakan musik
yang diiringi drama pendek bercerita tentang drama kehidupan seperti rumah
tangga,kemiskinan,asmara,dan sosial.seperti kisah Saedah saini,Baridin,Nyupang
kuntilanak dan ki mardiya yang semuanya bertemakan keadaan sosial masyarakat
indramayu dan cirebon.
2. Sintren
Sintren, atau juga dikenal dengan nama Lais
adalan kesenian tari tradisional masyarakat Jawa, khususnya di Cirebon.
Kesenian ini terkenal di pesisir utara Jawa, di bagian Barat dan Tengah. Dari
Indramayu, Cirebon, Kuningan, Majalengka, Jatibarang, Brebes, Pemalang, Tegal,
Banyumas hingga Pekalongan.Tarian sintren merupakan sebuah seni tari
tradisional dari Cirebon yang mengandung unsur magis. Nama sintren sendiri
berasal dari gabungan dua kata, yakni si dan tren. Dalam bahasa Jawa kata si
merupakan sebuah ungkapan panggilan yang memiliki arti ia atau dia. Sedangkan
kata tren berasal dari kata tri atau putri. Sehingga sintren memiliki arti si
putri atau sang penari.
Konon tarian sintren menceritakan kisah cinta Ki
Joko Bahu dengan Rantamsari yang tidak disetujui oleh Sultan Agung, Raja
Mataram. Ki Joko Bahu dan Rantamsari dipisahkan dan tersiar kabar bahwa Ki Joko
Bahu meninggal. Namun Rantamsari tidak percaya dan mencari kekasihnya dengan
menyamar sebagai penari sintren.
3. Tari Topeng
Tari Topeng tak hanya terkenal di Jakarta saja
namun juga menjadi kesenian tradisonal Cirebon. seni ini menunjukan berbagai
cerita bersejarah dan penuh hikmah dalam bentuk tarian topeng.
Tari topeng berasal dari diplomasi dalam bentuk
kesenian. Hal ini karena ketika pada masa Sunan Gunung Jati terjadi serangan
dari Pangeran Welang dari Karawang.
Sunan Gunung Jati tidak bisa menandingi pedang
Curug Sewu yang dihunus Pangeran Welang dan akhirnya Sultan Cirebon memutuskan
diplomasi dengan kesenian untuk berdamai.
4. Kesenian Gambyung
Seni Gembyung adalah pengembangan dari kesenian
Terbang yang hidup di lingkungan pesantren. Seperti halnya kesenian terbang,
gembyung digunakan oleh para wali yang dalam hal ini Sunan Bonang dan Sunan
Kalijaga sebagai media untuk menyebarkan agama Islam di Cirebon. Kesenian
Gembyung ini biasa dipertunjukkan pada upacara-upacara kegiatan Agama Islam
seperti peringatan Maulid Nabi, Rajaban dan Kegiatan 1 Syuro yang digelar di
sekitar tempat ibadah. Seni ini adalah jenis musik ensambel yang di dominasi
oleh alat musik yang disebut waditra.
Melalui perkembangannya Gembyung tak hanya bisa
dijumpai dalam lingkungan pesantren saja melainkan sudah berkembang dan dapat
ditemukan di acara-acara adat seperti Khitanan, Perkawinan, bongkar bumi, mapag
sri, dan perayaan lainnya.
Kesenian Gembyung dalam pementasannya terdiri dari
tiga alat musik yaitu kendang, kempling dan bangker. Kidung yang disajikan
dalam pagelaranya antara lain Assalamualaikum, Basmalah, Salawat Nabi dan
Salawat Badar.Serta pemainnya mengenakan peci, kemeja putih dan sarung.
Kesenian seperti ini harus tetap dipertahankan
karena mengandung nilai sejarah yang sangat kental, Gembyung harus tetap dijaga
karena ini merupakan ciri khas dari kota yang memiliki segudang keunikan yaitu
Cirebon.
B. Penyebab lunturnya budaya daerah
· Kurangnya kesadaran masyarakat
· Kurangnya kesadaran masyarakat
Kesadaran masyarakat untuk menjaga budaya lokal
sekarang ini masih terbilang minim. Masyarakat lebih memilih budaya asing yang
lebih praktis dan sesuai dengan perkembangan zaman.
Hal ini bukan berarti budaya lokal tidak sesuai
dengan perkembangan zaman, tetapi banyak budaya asing yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa. Budaya lokal juga dapat di sesuaikan dengan perkembangan
zaman, asalkan masih tidak meningalkan ciri khas dari budaya tersebut.
· Minimnya komunikasi budaya
Kemampuan untuk berkomunikasi sangat penting agar
tidak terjadi salah pahaman tentang budaya yang dianut. Minimnya komunikasi
budaya ini sering menimbulkan perselisihan antarsuku yang akan berdampak
turunnya ketahanan budaya bangsa.
· Kurangnya pembelajaran budaya
C. Upaya untuk menjaga keutuhan budaya
Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan
sejak dini. Namun sekarang ini banyak yang sudah tidak menganggap penting
mempelajari budaya lokal. Padahal melalui pembelajaran budaya, kita dapat
mengetahui pentingnya budaya lokal dalam membangun budaya bangsa serta bagaiman
cara mengadaptasi budaya lokal di tengan perkembangan zaman.
Tugas utama yang harus dibenahi adalah bagaimana
mempertahankan, melestarikan, menjaga, serta mewarisi budaya lokal dengan
sebaik-baiknya agar dapat memperkokoh budaya bangsa yang akan megharumkan nama
Indonesia. Dan juga supaya budaya asli negara kita tidak diklaim oleg negara
lain.Berikut beberapa hal yang dapat kita simak dalam rangka melestarikan
budaya. Namun setiap usaha dan pembenahan demi kelestarian dan terjaganya
budaya asli Indonesia pasti memiliki :
- Strengh (Kekuatan)
- Weakness (Kelemahan)
- Opportunity (Peluang)
- Threatment (Tantangan)
0 komentar