PERTUNJUKAN TARI SINTREN
Alat Musik dan Perlengkapan Tari Sintren
Adapun alat-alat atau instrumen pokok yang ada pada tari
Sintren adalah buyung, lodong, alat untuk mengambil air dari batang bambu yang
besar, tingtung berupa dua ruas bambu, sepotong karet, dan kecrek. pada
dasarnya alat-alat tersebut merupakan alat dapur, sehingga mereka hanya perlu
memakai barang yang sudah ada.
Sebagai properti yang tidak kalah penting dan selalu harus
ada dalam pementasan tari Sintren adalah parukuyan dan ranggap atau kurungan
ayam. Parukuyan adalah benda yang dipakai tempat kemenyan dan terbuat dari
tanah liat (gerabah). Sedangkan kurungan atau ranggap terbuat dari bambu dengan
tinggi 2,5 m dan berdiameter 1 m yang ditutupi kain.
Kurungan ayam yang berarti simbol kehidupan, yang berarti
pada setiap lengkungan kurungan ayam adalah kehidupan manusia yang bisa
sewaktu-waktu berada di atas atau berada di bawah.
Posisi ranggap selalu ditempatkan pada kiri belakang
panggung atau kiri depan para pesinden, sedangkan parukuyan setelah
dipergunakan disimpan di pinggir panggung yang mudah dijangkau pawang. Walaupun
Sintren bisa dipentaskan dimana saja, tetapi pementasan ini tetap memerlukan
ruang yang bisa menampung semua perlengkapan dan arena untuk atraksinya minimal
4x4 m2.
A.
Bentuk pertunjukan tari Sintren
Dalam pertunjukan Tari Sintren biasanya diawali dengan
Dupan, yaitu ritual berdoa bersama untuk memohon perlindungan dari mara bahaya
kepada Tuhan selama pertunjukan berlangsung. Ada beberapa bagian dalam
pertunjukan Tari Sintren yaitu Paripurna, Balangan, dan Temohan.
Pada bagian Paripurna, pawang menyiapkan seseorang yang akan
dijadikan Sintren dengan ditemani oleh 4 pemain sebagai Dayang. Pada bagian
ini, terdiri dari tiga tahap yaitu: Tahap Pertama, pawang memegang kedua tangan
calon penari sintren, kemudian diletakkan di atas asap kemenyan sambil
mengucapkan mantra, selanjutnya calon penari sintren dengan tali melilit ke
seluruh tubuh. Tahap Kedua, calon penari sintren dimasukkan ke dalam sangkar
(kurungan) ayam bersama busana sintren dan perlengkapan merias wajah. Beberapa
saat kemudian kurungan dibuka, sintren sudah berdandan dalam keadaan terikat
tali, lalu sintren ditutup kurungan kembali. Tahap Ketiga, setelah ada
tanda-tanda sintren sudah jadi (biasanya ditandai kurungan bergetar/bergoyang)
kurungan dibuka, sintren sudah lepas dari ikatan tali dan siap menari. Selain
menari adakalanya sintren melakukan akrobatik diantaranya ada yang berdiri
diatas kurungan sambil menari.
Pada bagian Balangan pawing melempar sesuatu (biasanya
berwujud bunga atau ikat kepala pawang) kearah penari Sintren. Saat penari
terkena lemparan itu, maka penari Sintren akan pingsan. Menghadapi kondisi yang
demikian ini, pawang mendatangi penari yang pingsan tersebut dan membacakan
mantra dan mengusap wajah penari agar roh bidadari datang lagi dan melanjutkan
tariannya.
Pada bagian Temohan, para penari Sintren dengan nampan
mendekati penonton untuk meminta tanda terima kasih dengan uang seiklasnya.
PELESTARIAN KESENIAN
Saat ini, Tari Sintren sudah jarang di tampilkan, sekalipun
di daerah asalnya. Seiring dengan perkembangan, Tari Sintren sudah banyak
perubahan pada bentuk aslinya. Banyaknya kreasi yang di tambahkan agar tarian
ini terlihat menarik. Tarian ini merupakan tarian yang langka dan jarang di
temukan. Selain dari segi artistik tarian ini juga memiliki nilai–nilai yang
dapat kita pelajari di dalamnya. Tari Sintren ini harus kita lestarikan dan di
jaga keberadaannya sebagai warisan budaya bangsa kita. Salah satu bentuk
pelestarian kesenian Sintren, sekarang sintren digelar pada upacara
pernikahan/hajatan atau upacara laut.
Tari Sintren merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal
dari pesisir utara pantai Jawa tengah dan Jawa barat. selain gerak tarinya,
tarian ini juga terkenal dengan unsur mistis di dalamnya karena adanya ritual
khusus untuk pemangilan roh atau dewa. Tari Sintren ini tersebar di beberapa
tempat di Jawa tengah dan Jawa barat seperti di Cirebon, Majalengka, Indramayu,
Brebes, Pemalang, Pekalongan dan Banyumas.
Menurut sejarahnya, tarian ini berawal dari percintaan Raden
Sulandono dan Sulasih yang tidak mendapat restu dari orang tua Raden Sulandono.
Sehingga Raden Sulandono di perintahkan oleh ibunya untuk bertapa dan diberikan
selembar kain sebagai sarana kelak untuk bertemu dengan Sulasih setelah
pertapaannya selesai. Sedangkan Sulasih diperintahkan untuk menjadi penari di
setiap acara bersih desa yang di adakan sebagai syarat untuk bertemu Raden
Sulandono.
Saat pertunjukan rakyat yang diadakan untuk memeriahkan
bersih desa, pada saat itulah Sulasih menari sebagai bagian pertunjukan. Malam
itu saat bulan purnama, Raden Sulandono pun turun dari pertapaannya dengan cara
bersembunyi sambil membawa kain yang diberikan oleh ibunya. Pada saat Sulasih
menari, dia pun di rasuki kekuatan Dewi Rantamsari sehingga mengalami trance.
Melihat seperti itu Raden Sulandono pun melemparkan kain tersebut sehingga
Sulasih pingsan. Dengan kekuatan yang di miliki oleh Raden Sulandono, maka
Sulasih dapat dibawa kabur dan keduanya mewujudkan cita – citanya untuk bersatu
dalam cinta. Sejak saat itulah sebutan Sintren dan balangan muncul sebagai
cikal bakal dari Tari Sintren ini. Istilah Sintren adalah keadaan saat penari
mengalami kesurupan atau trance. Dan istilah Balangan adalah saat Raden
Sulandono melempar kain yang di berikan oleh ibunya.
Dalam pertunjukan Tari Sintren biasanya diawali dengan
Dupan, yaitu ritual berdoa bersama untuk memohon perlindungan dari mara bahaya
kepada Tuhan selama pertunjukan berlangsung. Ada beberapa bagian dalam
pertunjukan Tari Sintren yaitu Paripurna, Balangan dan Temohan. Pada bagian
Paripurna adalah bagian dimana pawang menyiapkan seorang yang akan di jadikan
Sintren dengan di temani oleh 4 pemain sebagi Dayang. Awalnya seorang penari
yang dijadikan Sintren masih memakai pakaian biasa. Pada bagian ini diawali
dengan membacakan mantra dengan meletakkan kedua tangan calon penari Sintren di
atas asap kemenyan, setelah itu penari di ikat dengan tali di seluruh tubuhnya.
Kemudian calon penari Sintren dimasukan ke dalam sangkar ayam bersama dengan
busana dan perlengkapan riasnya. Setelah sudah jadi maka akan di tandai dengan
kurngan yang bergetar dan kurungan akan di buka. Penari Sintren tersebut pun
sudah siap untuk menari.
Pada bagian Balangan adalah saat penonton melempar sesuatu
kearah penari Sintren. Saat penari terkena lemparan itu maka penari Sintren
akan pingsan. Lalu pawang mendatangi penari yang pingsan tersebut dan
membacakan mantra dan mengusap wajah penari agar roh bidadari datang lagi dan
melanjutkan menarinya. Penonton yang melemparnya tadi di perbolehkan untuk
menari dengan penari Sintren. Pada bagian Temohan adalah bagian dimana para
penari Sintren dengan nampan mendekati penonton untuk meminta tanda terima kasih
dengan uang seiklasnya.
Untuk menjadi penari Sintren ada beberapa syarat yang harus
di miliki calon penari, terutama sebagai penari Sintren harus masih gadis atau
masih perawan karena penari Sintren harus dalam keadaan suci. Selain itu para
penari Sintren di wajibkan berpuasa terlebih dahulu, agar tubuh si penari tetap
dalam keadaan suci dan menjaga tingkah lakunya agar tidak berbuat dosa dan
berzina. Sehingga dapat menyulitkan bagi roh ataun dewa yang akan masuk dalam
tubuhnya.
Dalam pertunjukannya, Busana yang di gunakan oleh penari
Sintren adalah baju golek, yaitu baju tanpa lengan yang biasa digunakan dalam
tari golek. Pada bagian bawah biasanya menggunakan kain jarit dan celana cinde.
Untuk bagian kepala biasanya menggunakan jamang, yaitu hiasan untaian bunga
melati di samping kanan dan koncer di bagian kiri telinga. Aksesoris yang di
gunakan biasanya adalah sabuk, sampur, dan kaos kaki hitam/putih. Selain itu
yang juga sebagai ciri khas dari penari Sintren adalah kaca mata hitam yang
berfungsi sebagi penutup mata. Karena penari Sintren selalu memejamkan mata
saat keadaan trance atau kesurupan, selain itu juga sebagai mempercantik
penampilan.Dalam pertunjukan Tari Sintren juga di iringi oleh alat musik
seperti Gending. Dan di iringi dengan lagu Jawa. Namun, pada saat ini alat
musik yang digunakan adalah alat musik modern seperti orkes.
0 komentar