Tari Gattkaca Raden Ono Lesmana Kartadikusumah menciptakan dua bentuk penyajian Gatotkaca, yaitu tari Gatotkaca bentuk tarian tunggal dan tari Gatotkaca Gandrung yang bentuk tariannya kelompok. Tari Gatotkaca diciptakan oleh Raden Ono Lesmana Kartadikusumah pada tahun 1942 yang menggambarkan kegagahan Gatotkaca yang sedang mengelilingi wilayah negerinya untuk menjaga wilayah Amarta. Tari Gatot Kaca Gandrung ini diciptakan karena terilhami oleh tari Gatotkaca Gandrung gaya Solo yang ditarikan oleh Risman. Dimana dua putri yang digandrunginya divisualisasikan secara nyata. Akhirnya Raden Ono Lesmana terdorong hatinya untuk membuat tari Gatot Kaca Gandrung menurut versinya sendiri sekitar tahun 1957. Bentuk tarian yang diciptakan Raden Ono Lesmana Kartadikusumah ini berupa petilan dari cerita pewayangan ketika Gatot Kaca dari Pringgandani setelah menemui ibunya dan mengelilingi wilayah negerinya dengan terbang melayang di angkasa, terkena panah asmara dan tergila-gila terhadap Dewi Pergiwa, sehingga jatuh di hutan belantara. Dalam bayangannya selalu sang Dewi kembar tersebut serasa bertaut di matanya. Tetapi alangkah murkanya Gatot Kaca, ketika Dewi yang dipujanya itu adalah Buta raseksa “Cakil” maka terjadilah peperangan yang pada akhirnya dimenangkan oleh Gatotkaca. Yang akan dibahas pada penelitian ini adalah tari Gatotkaca dengan bentuk penyajian tari tunggal.
Adapun struktur gerak tari Gatot Kaca gaya Sumedang adalah sebagai berikut.
1) Trisi hiber
2) Sembahan awal (calik jengkeng) 50 Agus Sudirman
3) Adeg-adeg capang, sawang, cindek
4) Ngaca
5) Laras konda
6) Sembada, ungkleuk, obah bahu, cindek
7) Gedig, capang, sawang, cindek
8) Jangkung ilo, sonteng
9) Gedut
10) Mincid siku
11) Gedig, capang, sawang, cindek
12) Jangkung ilo, tumpang tali
13) Laras konda
14) Ungkleuk
15) Gedig, capang, sawang, cindek
16) Adeg-adeg sabukan
17) Adeg-adeg Makutaan
18) Pakbang
19) Laras konda
20) Ungkleuk
21) Gedig anca
22) Adeg-adeg jurus
23) Nenjrag bumi
24) Trisi hiber
Struktur Gerak Tari Gatotkaca
1. Trisi Hiber Gerak awal berjalan jinjit/trisi dengan posisi tangan kanan tutup selendang dan tangankiri kesamping kemudian gerak selanjutnya bergantian Locomotion (gerak berpindah tempat)
2. Sembahan Awal (Calik Jengkeng) Posisi duduk dengan kaki kanan sebagai tumpuan dan kaki kiri ke depan dan ditekuk dengan posisi tangan kanan di pinggang dan tangan kiri di atas kaki kiri. Kemudian tangan kiri ke depan sedikit ditekuk dan tangan kiri di tengah-tengah tangan kanan, lalu kedua tangan dibuka, tangan kiri ke samping kiri dan tangan kanan kesamping kanan atas dan arah pandangan ke telapak tangan kanan, kemudian posisi tangan kembali lagi ke awal (tangan kiri di atas kaki kiri dan tangan kanan di pinggang). Kemudian kedua tangan ukel lalu kedua tangan ditarik ketengah dengan posisi ujung telapak tangan bersentuhan terlebih dahulu kemudian dirapatkan dan berada di depan wajah.
3. Adeg-adeg capang, sawang, cindek Posisi kedua kaki dibuka selebar bahu, posisi kedua tangan kanan disamping tangan kiri kemudian tangan kanan sejajar dengan kepala, kemudian posisi tangan kiri kesamping kiri dan posisi tangan kanan di depan dada.
4. Ngaca Posisi badan condong ke depan dengan posisi tangan kiri di depan wajah dan tangan kanan di samping telinga Gesture (gerak maknawi).
5. Laras konda Posisi badan ke depan dengan melakukan gerakan tangan capang (tangan kiri kedepan dan tangan kanan ditekuk sehingga telapak tangan kanan berada di tengah-tengan tangan kiri). Kemudian gerakan selanjutnya tangan kiri di simpan di pinggang dan tangan kanansawang (gerakan tangan ditekuk ke atas dan telapak tangan menghadap ke wajah).
6. Sembada, ungkleuk, obah bahu, cindek posisi kedua kaki dibuka selebat bahu, dengan posisi tangan kanan di depan dada dan tangan kiri disamping kiri. Kemudian menggerakan kedua bahu ke atas dan ke bawah.
7. Gedig, capang, sawang, cindek Gerak melangkah dengan posisi tangan kanan di depan dada dan tangan kiri dipinggang, kemudian langkah selanjutnya gerakan kedua tangan di depan dada dengan posisi tangan kanan diatas tangan kiri Locomotion (gerak berpindah tempat).
8. Jangkung ilo, sonteng Posisi badan menghadap ke kiri kemudian kaki kiri diangkat dan kaki kanan sebagai tumpuan , tangan kanan ke depan dan tangan kiri di pinggang, berikutnya tangan kanan bergerak ukel, setelah ukel kaki kiri di turunkan ke samping kiri dan tangan kanan diayunkan ke kiri dan ke kanan diikuti oleh gerakan kepala .
9. Gedut Posisi awal badan ke depan dengan posisi kaki kanan di depan kaki kiri, kemudian posisi badan diangkat dengan posisi mengarah serong kiri kemudian ditahan oleh kaki kanan kemudian posisi badan ke Pure Movement (gerak murni) Begitu pula sebaliknya bergantian ke kiri.
10.Mincid siku Posisi badan ke depan dengan langkah kaki mundur kebelakang yang diikuti oleh gerakan tangan capang kiri dan capang kiri.
11. Gedig, capang, sawang, cindek Gerak melangkah dengan posisi tangan kanan di depan dada dan tangan kiri dipinggang, kemudian langkah selanjutnya gerakan kedua tangan di depan dada dengan posisi tangan kanan diatas tangan kiri Locomotion (gerak berpindah tempat).
12. Jangkung ilo, tumpang tali Gerakan awal posisi badan serong ke kanan dengan posisi kaki kiri di depan kemudian gerakan tangan tumpang tali (posisi tangan kanan di atas tangan kiri), gerakan kedua kedua tangan diarahkan di depan atas kepala/mahkota, kemudian arah hadap ke samping kanan dengan posisi tangan sembada kanan (tangan kanan ditekuk di depan dada, tangan kiri kesamping kiri. Gerak tangan selanjutnya melakukan sawang kiri (posisi tangan kiri di atas dan ditekuk dengan posisi telapak tangan kiri menghadap wajah) dan di akhiri dengan posisi tangan kiri ditekuk dan kaki kiri ditarik.
13. Laras konda Posisi badan serong kanan dengan posisi kedua tangan direntangkan serta kedua kaki sedikit dirapatkan dan jinjit, gerakan selanjutnya kaki dibuka dengan tumpuan dikaki kiri dengan posisi kedua tangan tumpang tali dengan posisi sedikit naik ke atas kanan.
14. Ungkleuk Posisi badan serong ke arah kiri dengan posisi kaki kanan di depan kaki kiri, posisi tangan kiri memegang sampur dan tangan kiri di bawah tangan kanan dengan kepala bergerak ke atas dan ke bawah Pure Movement (gerak murni) 15 Gedig, capang, sawang, cindek Gerak melangkah dengan posisi tangan kanan di depan dada dan tangan kiri dipinggang, kemudian langkah selanjutnya gerakan kedua tangan di depan dada dengan posisi tangan kanan diatas tangan kiri Locomotion (gerak berpindah tempat).
16. Adeg-adeg sabukan Posisi kedua kaki dibuka selebar bahu dengan sikap tangan kanan diatas tangan kiri Gesture (gerak maknawi).
17. Adeg-adeg Makutaan Posisi badan condong ke depan dengan kaki kanan kedepan dan tangan kiri di depan wajah dan tangan kanan didekat telinga.
18. Pakbang Melangkah kanan kiri kanan dengan tangan mengayun, kemudian adeg-adeg tengah dengan kedua tangan lontang kanan dan lontang kiri.
19. Laras konda Posisi badan serong kiri dengan kedua kaki jinjit diikuti posisi kedua tangan ke depan atas kemudian kedua kaki dibuka dan diikuti kedua tangan direntangkan sambil gerakan tersebut diulang dan perputar berlawanan arah jarum jam.
20. Ungkleuk Posisi badan serong ke arah kiri dengan posisi kaki kanan di depan kaki kiri, posisi tangan kiri memegang sampur dan tangan kiri di bawah tangan kanan dengan kepala bergerak ke atas dan ke bawah.
21. Gedig anca Langkah kaki kanan jadi tumpuan dan kaki kiri diangkat posisi tangan kanan ditekuk dan tangan kiri di pinggang kiri dengan arah hadap kepala ke kanan bawah gerakan ini dilakukan secara bergantian Locomotion (gerak berpindah tempat).
22. Adeg-adeg jurus Posisi kaki kanan di depan kaki kiri, dengan sikap tangan kanan kedepan dan tangan kiri disamping tangan kanan.
23. Nenjrag bumi Posisi badan serong kekanan dengan kedua tangan mengepal dan disimpan di samping kiri dengan arah pandangan ke bawah lalu kaki kanan diangkat dan dihentakkan ke bawah sebanyak tiga kali.
24. Trisi hiber Kedua tangan direntangkan kedepan dengan posisi kaki kanan kedepan, tangan kiri tutup selendang tangan kanan lurus kebelakang kemudian diakhiri dengan gerak trisi keluar.
Tarian ini memiliki 9 gerak yang masuk ke dalam kategori Puremovement yaitu gerak murni yang hanya menitikberatkan pada keindahan semata diantaranya, Sembahan awal (calik jengkeng), (Sembada, ungkleuk, obah bahu, cindek), (Adeg-adeg capang, sawang, cindek) (Jangkung ilo, sonteng), Laras konda,Gedut, (Jangkung ilo, tumpang tali), Pakbang dan Ungkleuk. Apabila ditilik dari desain yang terdapat pada gerak Puremovement, maka peneliti mengambil desain atas untuk melihat kekuatan pada setiap geraknya yang terlihat dari depan atau dilihat dari penonton. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Soedarsono bahwa desain atas adalah desain yang berada di atas lantai yang dilihat oleh penonton, yang tampak terlukis pada ruang yang berada di atas lantai. Untuk memudahkan penjelasan ini dilihat dari satu arah penonton saja yaitu dari depan.Dengan desain atas peneliti dapat mengetahui sentuhan emosional pada setiap gerakan. Dan untuk melihat karakter gerak, dilihat dari level yang digunakan, arah, intensitas atau aliran tenaga menggunakan analisis Laban. Seperti yang dikemukakan Rudolf Laban (1975), bahwa gerak merupakan fungsional dari Body (gerak bagian kepala, kaki, tangan, badan), Space (ruang gerak yang terdiri dari level, jarak, atau tingkatan gerak), Time (berhubungan dengan durasi gerak perubahan sikap, posisi, dan kedudukan), Dinamyc, (kualitas gerak menyangkut kuat, lemah, elastis, dan penekanan gerak). Berpijak kepada pendapat tersebut, unsur gerak sebagai unsur utama, ruang, waktu, dan tenaga dalam kategori Puremovement pada tari Gatotkaca gaya cenderung menggunakan ruang yang luas, hal tersebut dapat dilihat pada gerak tangan yang cenderung lebar.
Untuk unsur waktu, ragam gerak yang termasuk ke dalam kategori Puremovement cenderung menggunakan tempo sedang dan cepat. Adapun untuk intensitas tenaga, ragam gerak yang termasuk ke dalam kategori Puremovement ini menggunakan tenaga yang kuat namun tertahan. Pada gerak Sembahan awal (calik jengkeng) termasuk kedalam desain rendah yaitu desain yang dipusatkan pada daerah yang berkisar antara pinggang penari sampai lantai. Desain ini memberikan kesan penuh daya hidup di sini jika dikaitkan dengan tema pada tari Gatotkaca gaya Sumedang diartikan sebagai perjuangan Gatotkaca untuk menjaga wilayah Amarta dengan penuh tanggung jawab. Gerak (Adeg-adeg capang, sawang, cindek), Laras konda, (Sembada, ungkleuk, obah bahu, cindek), (Jangkung ilo, sonteng), Gedut, (Jangkung ilo, tumpang tali), Pakbangdan Ungklek termasuk kedalam desain medium atau tengah dimana desain yang dipusatkan pada daerah sekitar dada ke bawah sampai pinggang penari. Desain ini memberikan kesan penuh emosi. Hampir pada setiap gerak tangan dan kaki menggunakan tekukan-tekukan seperti pada lutut, sikut, pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Pola gerak tersebut termasuk kedalam desain bersudut yang menimbulkan kesan penuh kekuatan.Hal ini senada dengan karakter serta tema tarian pada tari Gatotkaca gaya Sumedang yaitu karakter monggawa lungguh yang memiliki ciri bergerak dengan tenaga yang kuat, anggota tubuhnya terbuka dengan badan dan arah pandangnya sedikit condong ke depan dengan levelnya medium dan tinggi ketika berdiri. Tema pada tari Gatotkaca gaya Sumedang menggambarkan kegagahan Gatotkaca yang sedang mengelilingi wilayah negerinya untuk menjaga wilayah Amarta.
Rias Tari Gatotkaca gaya
tata rias bukan sesuatu yang asing bagi semua orang, khususnya kaum wanita sebab tata rias merupakan aspek untuk mendukung penampilan dan sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Tujuan dari tata rias yaitu untuk mengubah penampilan fisik yang dinilai kurang sempurna. Adapun tata rias untuk koreografi merupakan kelengkapan penampilan atau sebuah pertunjukan. Selain itu, rias merupakan perwujudan dari karakter-karakter yang ditampilkan dalam sebuah tarian. Berikut ini merupakan tata rias tari Gatotkaca gaya Sumedang.
a. Pasu Teleng
b. Alis Masekon .
c. Eye Shadow
d. Eye Liner
e. Pasu Damis
f. Kumis
g. Cedo Foto
Adapun penjelasan tata rias yang dipergunakan pada tari Gatotkaca adalah sebagai berikut.
a. Alis Masekon Bentuk alis yang ditarik ke atas dari pangkal alis, kemudian dilengkungkan menurun dan ditarik kebelakang.
b. Pasu Teleng Garis rias diantara kedua alis sejajar dengan hidung yang berbentuk seperti tanda seru.
c. Eye Shadow Make Up untuk memperindah mata sekaligus memberi bayangan mata. Pada tari Gatotkaca menggunakan eye shadow berwarna hitam untuk bagian pinggir, biru tua untuk bagian tengah dan putih untuk bagian atas.
d. Eye Liner Garis mata yang berfungsi untuk mempertegas mata. Pada tari Gatotkaca menggunakan eye liner berwarna hitam.
e. Pasu Damis Hiasan pada kedua pipi yang berbentuk seperti tanda petik yang diberi warna putih untuk bagian tengah dan garis pinggiran berwarna hitam.
f. Rambut hidung dan bibir. Untuk tari Gatotkaca gaya Sumedang menggunakan kumis buatan supaya terlihat gagah.
g. Cedo Garis di bawah bibir menuju dagu berwarna hitam.
h. Godeg satria Jambang yang menyerupai cerurit atau sabit melengkung ke bawah.
Tata rias Hal ini jelas terlihat bahwa warna dasar pada riasan wajah sesuai dengan warna kulit. Untuk bagian alis masekon, pasu teleng berbentuk tanda seru, eye shadow disesuaikan dengan bentuk kelopak mata, eye liner disesuaikan dengan bentuk mata bagian bawah, tidak menggunakan janggut hanya memakai cedo,dan godegnya pun menyerupai cerurit. Jika ditinjau berdasarkan tata rias karakter, maka tata rias tari Gatotkaca lebih kepada satria ladak, karena hanya terdapat garis-garis rias di kening, alis jambang, kumis, dan dagu. Hanya saja pada satria ladak tidak terdapat garis di pipi atau pasu damis.
Seharusnya seperti yang sudah diterangkan sebelumnya menurut Rusliana bahwa, perbedaan yang mendasar antara garis-garis rias untuk tarian Wayang jenis putri dan putra sebagai berikut.
1) Tarian jenis putri, terdapat garis-garis rias dikening, alis, dan jambang.
2) Tarian jenis putra satria lungguh, terdapat garis-garis rias di kening, alis, dan jambang.
3) Tarian jenis putra satria ladak, terdapat garis-garis rias di kening, alis, jambang, kumis, dan dagu.
4) Tarian jenis putra monggawa lungguh, monggawa dangah, danawa patih, dan danawa raja, terdapat garis-garis rias di kening, alis, jambang, kumis, pipi, dan dagu. Tata rias untuk tari Gatotkaca yang berkarakter monggawa lungguh seharusnya terdapat garis-garis rias di kening, alis, jambang, kumis, pipi, dan dagu. Di mana pada alis berbentuk cagak dua, pada kening terdapat pasu teleng berbentuk huruf V terbalik, cedo dan janggut menyatu, dan godeg atau jambang yang tebal seperti huruf J.
Selain itu, jika ditinjau dari rias karakter monggawa lungguh menurut Richard Corson dalamNarawatimenyatakan, bahwa. Secara Phisiognomi karakter ini memiliki mata yang terbuka lebar dengan kedua ujung matanya segaris dengan pangkalnya, demikian pula alisnya. Hanya saja, karena karakter ini gagah, alisnya yang dikenakan terkesan tebal atau lebat. Hidungnya agak besar, demikian pula mulutnya. Kedua ujung kiri dan kanan mulut hampir segaris, demikian pula kumisnya yang tebal dan lebat di bawah hidung yang besar. Ciri-ciri phisiognomi semacam ini memberikan kesan, bahwa kesatria ini sangat pemberani serta kokoh dalam pendirian.
Busana Tari Gatotkaca
Busana tari wayang Priangan dipengaruhi oleh budaya Jawa Tengah. Jika kita lihat awal terciptanya tari Wayang Priangan ini berasal dari tari Wayang Wong Priangan, sehingga busana tari Wayang Priangan mendapat pengaruh besar dari tari Wayang Wong priangan, seperti yang telah diungkapkan oleh Narawati dalam bukunya Soedarsono sebagai berikut. Secara langsung dan tidak langsung, busana, rias, serta gerak tari wayang wong Priangan mendapat pengaruh yang cukup besar dari karakterisasi busana, rias dan d tari wayang wong Jawa. Memang, pengaruh itu setelah berkembang dan dikembangkan oleh seniman-seniman Priangan menjadi khas Priangan, hingga busana, rias, dan gerak tari wayang wong Priangan menjadi khas gaya Priangan, dan bukan lagi sebagai busana, rias dan gerak tari Jawa gaya Priangan. Terlihat adanya kontak budaya antara budaya Jawa dengan budaya Priangan. Selain adanya pengaruh dari tari wayang wong Priangan, busana tari wayang Priangan juga mengikuti karakterisasi pada busana wayang golek. Seperti yang diungkapkan Soedarsono sebagai berikut. Maka tak heran apabila busana wayang wong Priangan juga mengikuti karakterisasi pada busana wayang golek Sunda. Sudah barang tentu karena adanya perbedaan antara boneka wayang golek yang terbuat dari kayu dan penari wayang wong Priangan yang manusia, walaupun terdapat banyak persamaan antara keduanya tetapi terdapat beberapa perbedaan. Oleh karena itu, pada busana tari Gatotkaca memiliki kesamaan dengan karakteristik pada busana Wayang Golek Sunda, tetapi terdapat perbedaan pula. Hal ini dikarenakan dengan kebutuhan pada tarian tersebut.
Busana tari merupakan satu bantuan yang nyata pada si penari, khususnya pada tari yang berkembang dari tari tradisional ataupun klasik, karena selain dapat membantu gerak dalam bentuk koreografi yang utuh, juga mempunyai fungsifungsi simbolis. Busana tari yang berhasil, mempunyai nilai yang sejajar dengan keadaan penerangan yang baik, latar belakang, lagu pengiring dan teknis pentas. Busana dalam sebuah karya tari merupakan satu kesatuan fasilitas bagi penari untuk menata rupa visualisai tubuhnya yang sesuai dengan tarian yang disajikan. Untuk itu, dengan adanya busana dalam sebuah tari maka pertunjukan sebuah karya tari tersebut akan lebih hidup. Adapun bentuk busana tari Gatotkaca gaya Sumedang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
a. Mahkota Gelung Pelengkung Garuda Mungkur
b. Susumping
c. Badong
d. Baju Kutung
e. Kilat Bahu
f. Ikat Pinggang/Beubeur
h. Kewer/Ampleh
g. Gelang Tangan
i. Tali Uncal
j. Sampur
k. Sinjang Dodot
l. Celana Sontog
m. Keris
n. Melati
o. Gelang
Warna Busana yang digunakan dalam tari Gatotkaca menggunakan warna dasar hitam dengan tidak menggunakan banyak motif pada pola busananya dan pada setiap busana yang Raden Ono Lesmana Kartadikusumah memiliki cirri khas motif bunga teratai . Adapun uraian busana tari Gatotkaca gaya Sumedang sebagai berikut.
a. Mahkuta Gelung Pelengkung Garuda Mungkur Bagian busana penutup kepala yang berbentuk melengkung dengan tambahan garuda mungkur atau motif burung garuda yang menghadap ke bawah.
b. Susumping Hiasan telinga yang terbuat dari kulit.
c. Badong Hiasan busana bagian belakang yang terbuat dari kulit yang berbentuk seperti sayap.
d. Baju Kutung warna hitam Baju tanpa lengan yang berwarna hitam dan berbahan bludru denga motif bintang segi delapan.
e. Kilat Bahu Aksesoris terbuat dari kulit yang dikenakan pada tangan bagian atas.
f. Ikat Pinggang/Beubeur Ikat pinggang berbahan dasar bludru berwarna hitam.
g. Gelang Tangan Aksesoris tangan yang terbuat dari bahan bludru yang dipayet.
h. Kewer/Ampleh Kain kecil dan pendek yang merupakan hiasan yang dikenakan menggantung pada kain sabuk.
i. Tali Uncal Aksesoris yang terbuat dari kulit yang mirip tanduk kijang atau dalam bahasa Sunda disebut uncal.
j. Sampur Selendang yang dipergunakan sebagai bagian busana, atau bahkan properti tari. k. Sinjang dodot Kain batik berbentuk lereng yang sudah dilipat atau dilamban.
l. Celana Sontog warna hitam Celana tiga perempat yang terbuat dari bahan bludru. Untuk tari Gatotkaca gaya Sumedang memakai celana sontog berwarna hitam dengan Payet berwarna emas.
m. Keris Keris pada tari Gatotkaca gaya Sumedang dipergunakan sebagai bagian dari busana dan dipasang di belakang.
n. Melati Hiasan pelengkap keris yang dipasang melingkar dipangkal keris.
o. Gelang kaki Aksesoris yang dikenakan pada pergelangan kaki yang berbentuk bulat serta berwarna emas. Busana tari Gatotkaca gaya Sumedang lebih terlihat sederhana, hal ini terlihat pada motif baju dengan motif payet hanya menggunakan satu warna yaitu emas dengan warna busana hitam. Hitam adalah warna tegas, solid, dan kuat), sesuai dengan sosok dari Gatotkaca itu sendiri yang berjiwa tegas, bijaksana dan kuat. Warna emas secara sekilas akan serupa dengan warna kuning, sehingga maknanya pun ada yang sama, yaitu melambangkan kemakmuran. Namun warna emas juga memiliki kesan yang aktif, dan juga dinamis.
Alat musik
Alat musik yang paling dominan di sini adalah tepakan kendang sangat dominan pada tari Gatotkaca gaya Sumedang, istilahnya adalah mungkus atau dibungkus, artinya hampir setiap gerakan diikuti dengan tabuhan kendang. Hanya sebagian kecil saja yang tidak diikuti tepakan kendang. Dalam iringan tari Gatotkaca hanya ada vokal sinden, dan kakawen/Kemunculan Gatotkaca diawali denganirama cepat dengan gerak trisi hiber. Kemudian dari gerak sembahan sampai dengan adeg-adeg jurus masih menggunakan pola irama sedang yang diikuti oleh vokal sinden yang dilakukan oleh sinden. Memang pada umumnya tari-tari tradisional Sunda iringan tarinya disertai dengan adanya vokal, seperti tari Keurseus maupun tari Rakyat, demikian pula dalam tari Wayang, termasuk tari Gatotkaca. Adanya vokal dalam tari Gatotkaca tidak mutlak harus ada, namun adanya vokal ternyata memberi pengaruh terhadap memperkuat suasana yang disajikan. Selain adanya kawih, dalam tari Gatotkaca terdapat kakawen yang dilantunkan ketika akan memperlihatkan ajian untuk dapat terbang. Kakawen ini dilantunkan menjelang akhir tarian.Keunikan pada kakawen serta gerak pada tari Gatotkaca terdapat kakawen serta gerak nenjrag bumi tilu kali atau
Seperti yang dikatakan Dewey dalam Soedarsono, bahwa seni adalah satu pengalaman pribadi. Jadi dapat dikatakan, bahwa terciptanya tari Gatotkaca merupakan sebuah cerminan serta pengalaman dari sosok Raden Ono Lesmana Kartadikusumah.
0 komentar